Campuran memang adalah materi yang
tersusun dari dua jenis zat murni atau lebih dan masih memiliki sifat-sifat
dari zat penyusunnya. Kebanyakan materi yang berada di alam ini tidak murni,
melainkan masih berupa campuran. Seperti halnya udara yang kita hirup setiap
hari sampai air laut yang berada di samudera. Udara sendiri terdiri dari
beberapa macam zat seperti oksigen, nitrogen, uap air dan yang lainnya.
Sedangkan air terdiri dari air, garam, dan zat yang lainnya.
Untuk memperoleh zat murni, kita
harus memisahkannya dari campurannya. Prinsip pemisahan campuran didasarkan
pada perbedaan sifat-sifat fisis zat penyusunnya, diataranya seperti wujud zat,
ukuran partikel, titik leleh, titik didih, sifat magnetik, kelarutan, dan lain
sebagainya. Berikut ini adalah beberapa metode dalam memisahkan campuran.
Filtrasi adalah metode pemisahan yang digunakan untuk
memisahkan cairan dan padatan yang tidak larut dengan menggunakan penyaring
(filter) berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Sebagai contoh menyaring air
yang bercampur pasir disaring dengan kertas saring sehingga pasir akan
tertinggal di kertas saring.
2. Dekantasi
Dekantasi dapat digunakan sebagai salah satu alat
alternatif selain filtrasi untuk memisahkan cairan dan padatan. Dekantasi
dilakukan dengan cara menuang cairan secara perlahan-lahan, dengan demikian
padatan akan tertinggal di dalam wadah tersebut. Metode jenis memang terbilang
lebih cepat daripada filtrasi, namun hasilnya masih kurang efektif. Hasil akan
menjadi lebih efektif bila ukuran zat padat jauh lebih besar, misalnya campuran
air dengan kerikil.
3. Sentrifugasi
Metode jenis ini sering dilakukan sebagai pengganti filtrasi bila partikel
padatan sangat halus dan jumlah campurannya lebih sedikit. Metide
sentrifugasi digunakan secara luas untuk memisahkan sel-sel darah dan sel-sel
darah putih dari plasma darah. Dalam hal ini, padatan adalah sel-sel darah dan
akan mengumpul di dasar tabung reaksi, sedangkan plasma darah berupa cairan
berada di bagian atas.
4. Evaporasi
(evaporasi)
Jika garam dicampur dengan air akan terbentuk larutan, larutan tersebut tidak dapat dipisahkan dengan metode filtrasi maupun sentrifugasi. Metode yang digunakan untuk memisahkan zat padat yang terlarut dari larutannya disebut evaporasi. Sebagai contoh adalah larutan garam, larutan dipanaskan secara perlahan dengan uap air. Selama pemanasan, air dibiarkan menguap perlahan-perlahan hingga habis dan meninggalkan kristal garam sebagai residu.
Distilasi adalah metode pemisahan campuran zat cair dari larutannya berdasarkan perbedaan titik didih. Jika larutan dipanaskan, maka komponen titik didihnya yang lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Dalam kehidupan sehari-hari proses penyulingan digunakan sebagai pemisahan air tawar dan air laut, pembuatan etanol atau alkhol, dan proses pemisahan minyak bumi.
Distilasi
atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan
bahan
kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.Dalam
penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian
didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan.[1]
Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Metode ini termasuk sebagai unit
operasi kimia jenis perpindahan massa.
Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada
suatu larutan,
masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi
didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum
Dalton.
Berikut adalah susunan rangkaian alat ditilasi sederhana:
- 1. wadah air
- 2. labu distilasi
- 3. sambungan
- 4. termometer
- 5. kondensor
- 6. aliran masuk air dingin
- 7. aliran keluar air dingin
- 8. labu distilat
- 9. lubang udara
- 10. tempat keluarnya distilat
- 13. penangas
- 14. air penangas
- 15. larutan zat
- 16. wadah labu distilat
Distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad
pertama masehi
yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginya permintaan akan spritus. Hypathia dari Alexandria
dipercaya telah menemukan rangkaian alat untuk distilasi dan Zosimus dari
Alexandria-lah yang telah berhasil menggambarkan secara akurat tentang proses
distilasi pada sekitar abad ke-4.
Bentuk modern distilasi pertama kali ditemukan
oleh ahli-ahli kimia Islam
pada masa kekhalifahan
Abbasiah,
terutama oleh Al-Razi
pada pemisahan alkohol
menjadi senyawa yang relatif murni melalui alat alembik, bahkan desain ini menjadi
semacam inspirasi yang memungkinkan rancangan distilasi skala mikro, The Hickman Stillhead
dapat terwujud.[3]
Tulisan oleh Jabir Ibnu Hayyan
(721-815) yang lebih dikenal dengan Ibnu Jabir menyebutkan tentang
uap anggur yang
dapat terbakar.[3]
Ia juga telah menemukan banyak peralatan dan proses kimia yang bahkan masih
banyak dipakai sampai saat kini. Kemudian teknik penyulingan diuraikan dengan
jelas oleh Al-Kindi
(801-873).
Salah satu penerapan terpenting dari metode
distilasi adalah pemisahan minyak mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan
khusus seperti untuk transportasi, pembangkit listrik, pemanas, dll. Udara
didistilasi menjadi komponen-komponen seperti oksigen untuk
penggunaan medis dan helium untuk pengisi balon. Distilasi juga telah digunakan
sejak lama untuk pemekatan alkohol dengan penerapan panas terhadap
larutan hasil fermentasi untuk menghasilkan minuman
suling[5].
Jenis
Ada 4 jenis distilasi yang akan dibahas disini,
yaitu distilasi sederhana, distilasi fraksionasi, distilasi uap, dan distilasi
vakum. Selain itu ada pula distilasi ekstraktif
dan distilasi azeotropic homogenous,
distilasi dengan menggunakan garam berion, distilasi pressure-swing,
serta distilasi reaktif.
Distilasi Sederhana
Pada distilasi sederhana, dasar pemisahannya
adalah perbedaan titik didih yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat
volatil. Jika campuran dipanaskan
maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Selain
perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan
sebuah substansi untuk menjadi gas[4].
Distilasi ini dilakukan pada tekanan
atmosfer. Aplikasi distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol.
Distilasi Fraksionisasi
Fungsi distilasi fraksionasi adalah memisahkan
komponen-komponen cair,
dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Distilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih
kurang dari 20 °C dan bekerja pada tekanan
atmosfer atau dengan tekanan rendah.
Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan pada industri minyak
mentah, untuk memisahkan komponen-komponen dalam minyak
mentah
Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi
sederhana adalah adanya kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan
secara bertahap dengan suhu
yang berbeda-beda pada setiap platnya.
Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari
plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya.
Distilasi Uap
Distilasi uap digunakan pada
campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik didih
mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa
ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan
atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental
dari distilasi uap adalah dapat mendistilasi campuran senyawa di bawah
titik didih dari masing-masing senyawa campurannya. Selain itu distilasi uap
dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur,
tapi dapat didistilasi dengan air. Aplikasi dari distilasi uap adalah untuk
mengekstrak beberapa produk alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau
jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan.
Campuran dipanaskan melalui uap air yang
dialirkan ke dalam campuran dan mungkin ditambah juga dengan pemanasan.[8]
Uap dari campuran akan naik ke atas menuju ke kondensor dan akhirnya masuk ke labu distilat.[8]
Distilasi Vakum
Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa
yang ingin didistilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau
mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di atas
150 °C. Metode distilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan
titik didih yang rendah jika kondensornya menggunakan air
dingin, karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk
mengurangi tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai
penurun tekanan pada sistem distilasi ini.
Azeotrop
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih
komponen yang memiliki titik didih yang konstan. Azeotrop dapat menjadi
gangguan yang menyebabkan hasil distilasi menjadi tidak maksimal. Komposisi
dari azeotrope tetap konstan dalam pemberian atau penambahan tekanan. Akan
tetapi ketika tekanan total berubah, kedua titik didih dan komposisi dari
azeotrop berubah. Sebagai akibatnya, azeotrop bukanlah komponen tetap, yang komposisinya
harus selalu konstan dalam interval suhu dan tekanan, tetapi lebih ke campuran
yang dihasilkan dari saling memengaruhi dalam kekuatan intramolekuler dalam
larutan.
Azeotrop dapat didistilasi dengan menggunakan
tambahan pelarut tertentu, misalnya penambahan benzena atau toluena untuk
memisahkan air. Air
dan pelarut akan ditangkap oleh penangkap Dean-Stark.
Air akan tetap tinggal di dasar penangkap dan pelarut akan kembali ke campuran
dan memisahkan air lagi.
Campuran azeotrop merupakan penyimpangan dari hukum
Raoult.
Efektifitas Distilasi
Secara teori, hasil distilasi dapat mencapai 100%
dengan cara menurunkan tekanan hingga 1/10 tekanan
atmosfer. Dapat pula dengan menggunakan distilasi azeotrop yang menggunakan
penambahan pelarut organik dan dua
distilasi tambahan, dan dengan menggunakan penggunaan cornmeal yang dapat menyerap air
baik dalam bentuk cair atau uap pada kolom terakhir. Namun, secara praktek
tidak ada distilasi yang mencapai 100%.[1]
Distilasi Skala Industri
Umumnya proses distilasi dalam skala industri
dilakukan dalam menara, oleh karena itu unit proses dari distilasi ini sering
disebut sebagai menara distilasi (MD).
Menara distilasi biasanya berukuran 2-5 meter dalam diameter dan
tinggi berkisar antara 6-15 meter. Masukan dari menara distilasi biasanya berupa cair
jenuh, yaitu cairan yang dengan berkurang tekanan sedikit saja sudah akan
terbentuk uap dan
memiliki dua arus
keluaran, arus yang diatas adalah arus yang lebih volatil (mudah menguap) dan arus
bawah yang terdiri dari komponen berat. Menara distilasi terbagi dalam 2 jenis
kategori besar:
- Menara Distilasi tipe Stagewise, menara ini terdiri dari banyak piringan yang memungkinkan kesetimbangan terbagi-bagi dalam setiap piringannya, dan
- Menara Distilasi tipe Continous, yang terdiri dari pengemasan dan kesetimbangan cair-gasnya terjadi di sepanjangkolom menara.
6. Corong
pisah
Campuran dua
jenis zat cair yang tidak saling melarutkan dapat dipisahkan dengan corong
pisah lalu didiamkan selama beberapa saat sampai membentuk dua lapisan
terpisah. Contohnya adalah seperti pemisahan air dengan minyak.
Kromatografi merupakan pemisahan
campuran yang terjadi karena perbedaan kelarutan zat-zat dalam pelarut serta
perbedaan penyerapan (adsorbsi) kertas terhadap zat-zat yang ingin dipisahkan.
Suatu zat yang lebih dahulu larut dalam pelarut dan kurang terabsorbsi pada
kertas akan bergerak lebih cepat.
Dalam kehidupan sehari-hari kromatografi berguna untuk
:
- Menguji apakah bahan pewarna yang digunakan dalam makanan aman untuk dikonsumsi
- Menguji tinta yang digunakan pada pemalsuan dokumen seperti surat, cek dan giro
- Menguji apakah terdapat obat terlarang dalam urin atlet atau penyalahgunaan narkoba
- Memeriksa apakah pestisida yag terdapat pada sayuran atau buah-buahan masih dalam batas aman
Sublimasi merupakan metode pemisahan
campuran sesama zat padat berdasarkan perubahan wujud zat. Zat padat yang menyublim
(berubah wujud menjadi gas atau sebaliknya) dapat dipisahkan dengan campurannya
dengan zat padat yang tidak dapat menyublim menggunakan metode sublimasi.
Contohnya seperti campuran iodin dengan garam dapat dipisahkan dengan cara
pemanasan. Campuran dipanaskan di dalam wadah cawan yang ditutp dengan corong
terbalik. Iodin akan menyublim dan menjadi uap, tapi pada saat menyentuh
permukaan corong, uap iodin menyublim kembali menjadi padatan yang menempel
pada permukaan corong sehingga dapat dipisahkan dengan padatan garam.
9 Ekstraksi
(penyarian)
Pemisahan campuran dengan metode
ekstraksi terjadi atas dasar perbedaan kelarutan zat terlarut di dalam pelarut
yang berbeda. Ekstraksi sering dilakukan untuk mengambil sari dari suatu
tumbuhan.
Kristalisasi ialah pemisahan
campuran dengan cara mengkristalkan atau mengendapkan zat terlarut dalam
larutan yang tadinya berupa cairan juga. Biasanya kristalisasi ini menggunakan
suhu rendah untuk membuat cairannya mengendap. Sedangkan rekristalisasi ialah
suatu proses kristalisasi ulang. misalnya kita mendapatkan kristal, namun
kristal tersebut belum murni. untuk mendapatkan kristal yang lebih murni
dilakukan rekristalisasi. rekristalisasi dilakukan dengan cara melarutkan
kristal dalam pelarut kemudian mengkristalkannya kembali
Sumber :
Johnson S., M.M, Kurikulum 2004 Sains Kimia SMP kelas VII, Erlangga, Bandung
Identifikasi Karbon dan Hidrogen
dalam Senyawa Organik
Tujuan
Mengindentifikasi
adanya unsur karbon dan hidrogen dalam senyawa organik
Dasar teori
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya berikatan dengan karbon (kecuali karbida, karbonat, dan oksida
karbon), hidrogen, oksigen, nitrogen, dan beberapa unsur dari golongan halogen.
Karbon atau zat arang merupakan salah satu unsur kimia
yang mempunyai tiga keistimewaan, antara lain :
·
Memiliki empat elektron valensi
·
Jari-jari atomnya kecil sehingga ikatannya kuat
·
Dapat membentuk rantai karbon
Hidrogen adalah unsur kimia dengan nomor atom 1. Pada suhu dan
tekanan standar, hidrogen
tidak berwarna, tidak berbau, bersifat non-logam, bervalensi tunggal,
dan merupakan gas diatomik yang sangat mudah terbakar. Hidrogen juga adalah unsur paling melimpah di alam
semesta. Hidrogen membentuk senyawa yang sangat banyak dengan karbon. Oleh
karena asosiasi senyawa itu dengan kebanyakan zat hidup, senyawa ini disebut
sebagai senyawa organik.
Alat dan
bahan
a. Alat
·
Tabung reaksi
· Sumbat
dan pipa
·
Gelas kimia
·
Penjepit tabung
·
Pembakar Bunsen
b. Bahan
·
Tepung beras
· Susu
bubuk
·
Garam dapur
· CuO
·
Larutan Ca(OH)2
·
Pualam
·
Kertas kobalt biru
Langkah
kerja
1. Campurkan 2 spatula
tepung beras dengan setengah spatula CuO ke dalam tabung reaksi.
2. Masukkan 50 mL Ca(OH)2
ke dalam gelas kimia.
3. Rangkai alat seperti
pada gambar di atas.
4. Panaskan sampel
menggunakan pembakar Bunsen, lalu amati perubahan perubahan yg terbentuk.
5. Untuk menguji adanya
H2O, tempelkan kertas kobalt biru ke sumbat tabung, lalu amati
perubahan yang terjadi.
6. Lakukan langkah yang
sama untuk bahan-bahan yang lain.
Tabel
pengamatan
Bahan yang
diuji
|
Hal yang
dapat diamati
|
Tepung
beras
|
Air kapur
mengeruh dan terbentuk endapan di dalamnya, timbul gelembung-gelembung gas
dan uap air, perubahan warna tepung beras menjadi gelap (hitam).
|
Susu bubuk
|
Air kapur
mengeruh dan terbentuk endapan di dalamnya, timbul gelembung-gelembung gas
dan uap air, perubahan warna tepung beras menjadi gelap (hitam).
|
Garam
dapur
|
Air kapur
tidak mengeruh, setelah lama menunggu ada sedikit gelembung-gelembung gas
yang keluar, garam dapur yang dibakar tidak menghitam.
|
Pertanyaan
1. Apa yang terjadi
ketika tepung beras, susu bubuk, dan garam dapur dipanaskan?
·
Ketika tepung beras dan susu bubuk dipanaskan, yang terjadi adalah air kapur
mengeruh dan terbentuk endapan di dalamnya, timbul gelembung-gelembung gas dan
uap air, serta tepung beras dan susu bubuk mengalami perubahan warna menjadi
gelap (hitam).
·
Ketika garam dapur dipanaskan, yang terjadi adalah air kapur tidak mengeruh dan
tidak terbentuk endapan di dalamnya, setelah lama menunggu ada sedikit
gelembung-gelembung gas yang keluar, serta garam dapur yang dibakar tidak
menghitam.
2. Jelaskan fungsi
penambahan CuO pada reaksi tersebut!
· CuO
dapat mempercepat proses reaksi dari pembakaran sampel dan bekerja sebagai oksidator
(bertugas mereduksi sampel). Sedangkan sampel akan menjadi reduktor (bertugas
mengoksidasi CuO).
3. Bagaimana menguji
keberadaan karbon pada percobaan tersebut?
·
Mengamati air kapur. Adanya gas CO2 terbukti jika air kapur mengeruh
setelah mengaliri sampel dan CuO. Tentu saja gas CO2 mengandung
unsur karbon.
·
Mengamati perubahan warna sampel di dasar tabung reaksi. Apabila sampel di
dasar tabung reaksi berubah warna menjadi hitam, terbukti bahwa sampel
mengandung karbon.
4. Tuliskan reaksi yang
terjadi ketika gas CO2 bereaksi dengan larutan Ca(OH)2!
Senyawa apa yang dihasilkan?
· CO2(g)
+ Ca(OH)2(aq) → CaCO3(s) + H2O(l)
·
Senyawa yang dihasilkan adalah kalsium karbonat dan uap air.
5. Bagaimana cara
menguji keberadaan hidrogen pada percobaan tersebut?
·
Keberadaan hidrogen seharusnya diuji dengan menempelkan kertas kobalt biru ke
sumbat tabung. Apabila kertas kobalt yang semula warnanya biru ini berubah
warna menjadi merah muda, artinya dalam sampel tersebut terdapat unsur
hidrogen.
·
Namun dalam percobaan kali ini saya tidak menguji keberadaan hidrogen dengan
kertas kobalt biru. Saya hanya mengamati timbulnya titik-titik uap air dalam
dinding tabung reaksi untuk menyimpulkan keberadaan hidrogen.
Pembahasan
Ketika tepung beras dan susu bubuk dipanaskan, yang
terjadi adalah air kapur mengeruh dan terbentuk endapan di dalamnya, timbul
gelembung-gelembung gas dan uap air, serta tepung beras dan susu bubuk
mengalami perubahan warna menjadi gelap (hitam). Air kapur yang mengeruh
setelah mengaliri sampel dan CuO, membuktikan keberadaan zat arang (unsur
karbon). Keberadaan zat arang juga terbukti dengan adanya perubahan warna
sampel yang terdapat di dasar tabung reaksi menjadi gelap (hitam).
Gelembung-gelembung gas yang timbul setelah dipanaskan mengisyaratkan
terjadinya reaksi kimia. Sedangkan, timbulnya uap air dalam dinding tabung
reaksi menunjukkan adanya senyawa H2O dalam sampel yang artinya
terdapat unsur hidrogen. Berdasarkan persamaan reaksi :
CO2(g) + Ca(OH)2(aq) → CaCO3(s) + H2O(l)
CO2(g) + Ca(OH)2(aq) → CaCO3(s) + H2O(l)
endapan yang
terbentuk dalam air kapur adalah kalsium karbonat (CaCO3). Dengan
demikian, terbukti bahwa tepung beras dan susu bubuk mengandung unsur karbon
dan hidrogen.
Ketika garam dapur dipanaskan, yang terjadi adalah air kapur tidak mengeruh,
tidak terbentuk endapan kalsium karbonat, setelah lama menunggu ada sedikit
gelembung-gelembung gas yang keluar (artinya mendidih), tidak ada titik-titik
uap air yang timbul dalam dinding tabung reaksi, dan garam dapur yang dibakar
tidak menghitam. Air kapur yang tidak mengeruh dan warna garam dapur yang tidak
menghitam setelah dibakar menunjukkan bahwa tidak ada zat arang (unsur karbon).
Gelembung-gelembung gas yang timbul setelah dipanaskan mengisyaratkan
terjadinya reaksi kimia. Dan, tidak timbulnya titik-titik uap air dalam dinding
tabung reaksi menunjukkan bahwa tidak ada unsur hidrogen.
Kesimpulan
Dalam tepung beras dan susu bubuk terbukti adanya
unsur karbon, karena air kapur mengeruh setelah mengaliri sampel dan CuO serta
terjadi perubahan warna sampel di dasar tabung reaksi menjadi gelap (menghitam)
setelah dipanaskan. Dalam tepung beras dan susu bubuk juga terbukti adanya
unsur hidrogen, karena timbul titik-titik air dalam dinding tabung reaksi.
Garam dapur tidak mengandung unsur karbon. Buktinya
adalah air kapur tidak mengeruh dan warna garam dapur tidak menghitam setelah
dibakar. Garam dapur juga tidak mengandung unsur hidrogen. Buktinya tidak
timbul titik-titik air dalam dinding tabung reaksi.
Daftar
pustaka
Kimia Kelas
X
www.battessian69.blogspot.com
www.chemlabmansaba.blogspot.com
www.chem-is-try.org
www.gudangmateri.com
id.wikipedia.org
A. Identifikasi C dan H
Salah satu senyawa karbon yang paling sederhana
adalah hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon hanya tersusun atas unsur karbon dan
hidrogen. Akan tetapi, dari dua macam unsur ini dapat membentuk banyak senyawa,
mulai dari gas alam, minyak bumi, batubara hingga lilin dan polistirena.
Adanya unsur karbon dan hidrogen dalam senyawa
hidrokarbon dapat diidentifikasi melalui percobaan sederhana. Percobaan sederhana
ini dapat dilakukan di laboratorium sekolah maupun di rumah.
Salah satu metodenya adalah dengan menggunakan
lilin (C20H42) yang direaksikan dengan oksigen dari udara
(dibakar), hasil pembakaran lilin dilewatkan ke dalam larutan Ca(OH)2
1%, sebagaimana tertera dalam gambar berikut
Gambar Identifikasi karbon dan hidrogen dengan
metode pembakaran lilin
Bagaimanakah mengidentifikasi adanya unsur karbon
dan hirogen dalam senyawa hidrokarbon atau senyawa organik? Untuk dapat
menjawab ini, maka harus memahami dulu reaksi yang terjadi. Ketika lilin
terbakar terjadi reaksi antara lilin dan oksigen dari udara. Jika pembakarannya
sempurna, terjadi reaksi:
2 C20H42 (s) + 61 O2(g) → 40 CO2 (g) + 42 H2O (l)
Gas CO2 dan uap air hasil pembakaran akan
mengalir melalui saluran menuju larutan Ca(OH)2. Pada saat menuju
larutan Ca(OH)2, terjadi pendinginan oleh udara sehingga uap air
hasil reaksi akan mencair. Hal ini dibuktikan dengan adanya tetesan-tetesan air
yang menempel pada saluran. Oleh karena titik embun gas CO2 sangat
rendah maka akan tetap sebagai gas dan bereaksi dengan larutan Ca(OH)2.
Bukti adanya CO2 ditunjukkan oleh larutan menjadi keruh atau
terbentuk endapan putih dari CaCO3. Persamaan reaksinya
Adapun uap air yang dihasilkan dapat diidentifikasi
dengan menggunakan zat higroskopis (dapat mengikat air) yang dapat memberikan
indikasi secara jelas, misalnya dari perubahan warna yang terjadi ketika zat
tersebut tidak mengikat air dan ketika mengikat air. Zat higroskopis yang dapat
digunakan sebagai indikator ada tidaknya kandungan uap air ini adalah padatan
CuSO4, yang akan berubah menjadi berwarna dari abu-abu menjadi biru
ketika mengikat air membentuk CuSO4.5H2O. Selain itu,
indikator lain yang dapat digunakan dalam mengetahui adanya kandungan uap air
yang dihasilkan dari proses pembakaran adalah dengan menggunakan kertas kobal,
dimana air akan mengubah warna kertas kobal yang berwarna biru menjadi berwarna
merah muda.
Jika pembakaran yang terjadi pada senyawa hidokarbon berupa pembakaran tidak sempurna yang disebabkan oleh kurangnya suplai oksigen pada proses pembakaran, maka yang dihasilkan pada proses pembakaran dapat berupa uap air, gas karbondioksida, gas karbon monoksida, serta residu karbon berupa jelaga (black carbon).
Namun, jika pembakaran tidak terjadi secara sempurna yang disebabkan oleh kurangnya suplai oksigen yang tersedia selama proses pembakaran, maka selain uap air dan gas karbondioksida, dapat dihasilkan juga gas karbon monoksida serta residu karbon yang dikenal sebagai jelaga (black carbon). Adanya jelaga yang dihasilkan dari reaksi pembakaran dapat mengindikasikan adanya kandungan unsur karbon pada senyawa yang dibakar.
http://nurul.kimia.upi.edu/Web%202011/0800256/identifikasi%20C%20dan%20H%20lanjutan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar