Postingan Populer

Selasa, 08 Oktober 2013

Alat dan Istilah Pada Saat melakukan Praktikum KIMOR



Campuran memang adalah materi yang tersusun dari dua jenis zat murni atau lebih dan masih memiliki sifat-sifat dari zat penyusunnya. Kebanyakan materi yang berada di alam ini tidak murni, melainkan masih berupa campuran. Seperti halnya udara yang kita hirup setiap hari sampai air laut yang berada di samudera. Udara sendiri terdiri dari beberapa macam zat seperti oksigen, nitrogen, uap air dan yang lainnya. Sedangkan air terdiri dari air, garam, dan zat yang lainnya.
Untuk memperoleh zat murni, kita harus memisahkannya dari campurannya. Prinsip pemisahan campuran didasarkan pada perbedaan sifat-sifat fisis zat penyusunnya, diataranya seperti wujud zat, ukuran partikel, titik leleh, titik didih, sifat magnetik, kelarutan, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah beberapa metode dalam memisahkan campuran.
 
Filtrasi adalah metode pemisahan yang digunakan untuk memisahkan cairan dan padatan yang tidak larut dengan menggunakan penyaring (filter) berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Sebagai contoh menyaring air yang bercampur pasir disaring dengan kertas saring sehingga pasir akan tertinggal di kertas saring.
2. Dekantasi
 
Dekantasi dapat digunakan sebagai salah satu alat alternatif selain filtrasi untuk memisahkan cairan dan padatan. Dekantasi dilakukan dengan cara menuang cairan secara perlahan-lahan, dengan demikian padatan akan tertinggal di dalam wadah tersebut. Metode jenis memang terbilang lebih cepat daripada filtrasi, namun hasilnya masih kurang efektif. Hasil akan menjadi lebih efektif bila ukuran zat padat jauh lebih besar, misalnya campuran air dengan kerikil.

 
Metode jenis ini sering dilakukan sebagai pengganti filtrasi bila partikel padatan sangat halus dan jumlah campurannya lebih sedikit.  Metide sentrifugasi digunakan secara luas untuk memisahkan sel-sel darah dan sel-sel darah putih dari plasma darah. Dalam hal ini, padatan adalah sel-sel darah dan akan mengumpul di dasar tabung reaksi, sedangkan plasma darah berupa cairan berada di bagian atas.
4. Evaporasi (evaporasi)

Jika garam dicampur dengan air akan terbentuk larutan, larutan tersebut tidak dapat dipisahkan dengan metode filtrasi maupun sentrifugasi. Metode yang digunakan untuk memisahkan zat padat yang terlarut dari larutannya disebut evaporasi. Sebagai contoh adalah larutan garam, larutan dipanaskan secara perlahan dengan uap air. Selama pemanasan, air dibiarkan menguap perlahan-perlahan hingga habis dan meninggalkan kristal garam sebagai residu.

Distilasi adalah metode pemisahan campuran zat cair dari larutannya berdasarkan perbedaan titik didih. Jika larutan dipanaskan, maka komponen titik didihnya yang lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Dalam kehidupan sehari-hari proses penyulingan digunakan sebagai pemisahan air tawar dan air laut, pembuatan etanol atau alkhol, dan proses pemisahan minyak bumi.

            Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan.[1] Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton.

Berikut adalah susunan rangkaian alat ditilasi sederhana:
  • 1. wadah air
  • 2. labu distilasi
  • 3. sambungan
  • 4. termometer
  • 5. kondensor
  • 6. aliran masuk air dingin
  • 7. aliran keluar air dingin
  • 8. labu distilat
  • 9. lubang udara
  • 10. tempat keluarnya distilat
  • 13. penangas
  • 14. air penangas
  • 15. larutan zat
  • 16. wadah labu distilat
Distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad pertama masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginya permintaan akan spritus. Hypathia dari Alexandria dipercaya telah menemukan rangkaian alat untuk distilasi dan Zosimus dari Alexandria-lah yang telah berhasil menggambarkan secara akurat tentang proses distilasi pada sekitar abad ke-4.
Bentuk modern distilasi pertama kali ditemukan oleh ahli-ahli kimia Islam pada masa kekhalifahan Abbasiah, terutama oleh Al-Razi pada pemisahan alkohol menjadi senyawa yang relatif murni melalui alat alembik, bahkan desain ini menjadi semacam inspirasi yang memungkinkan rancangan distilasi skala mikro, The Hickman Stillhead dapat terwujud.[3] Tulisan oleh Jabir Ibnu Hayyan (721-815) yang lebih dikenal dengan Ibnu Jabir menyebutkan tentang uap anggur yang dapat terbakar.[3] Ia juga telah menemukan banyak peralatan dan proses kimia yang bahkan masih banyak dipakai sampai saat kini. Kemudian teknik penyulingan diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi (801-873).
Salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah pemisahan minyak mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk transportasi, pembangkit listrik, pemanas, dll. Udara didistilasi menjadi komponen-komponen seperti oksigen untuk penggunaan medis dan helium untuk pengisi balon. Distilasi juga telah digunakan sejak lama untuk pemekatan alkohol dengan penerapan panas terhadap larutan hasil fermentasi untuk menghasilkan minuman suling[5].

Jenis

Ada 4 jenis distilasi yang akan dibahas disini, yaitu distilasi sederhana, distilasi fraksionasi, distilasi uap, dan distilasi vakum. Selain itu ada pula distilasi ekstraktif dan distilasi azeotropic homogenous, distilasi dengan menggunakan garam berion, distilasi pressure-swing, serta distilasi reaktif.

Distilasi Sederhana

Pada distilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas[4]. Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. Aplikasi distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol.

Distilasi Fraksionisasi

Fungsi distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20 °C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan pada industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen dalam minyak mentah
Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya.

Distilasi Uap

Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik didih mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental dari distilasi uap adalah dapat mendistilasi campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-masing senyawa campurannya. Selain itu distilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi dapat didistilasi dengan air. Aplikasi dari distilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan.
Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam campuran dan mungkin ditambah juga dengan pemanasan.[8] Uap dari campuran akan naik ke atas menuju ke kondensor dan akhirnya masuk ke labu distilat.[8]

Distilasi Vakum

Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di atas 150 °C. Metode distilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah jika kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem distilasi ini.

Azeotrop

Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki titik didih yang konstan. Azeotrop dapat menjadi gangguan yang menyebabkan hasil distilasi menjadi tidak maksimal. Komposisi dari azeotrope tetap konstan dalam pemberian atau penambahan tekanan. Akan tetapi ketika tekanan total berubah, kedua titik didih dan komposisi dari azeotrop berubah. Sebagai akibatnya, azeotrop bukanlah komponen tetap, yang komposisinya harus selalu konstan dalam interval suhu dan tekanan, tetapi lebih ke campuran yang dihasilkan dari saling memengaruhi dalam kekuatan intramolekuler dalam larutan.
Azeotrop dapat didistilasi dengan menggunakan tambahan pelarut tertentu, misalnya penambahan benzena atau toluena untuk memisahkan air. Air dan pelarut akan ditangkap oleh penangkap Dean-Stark. Air akan tetap tinggal di dasar penangkap dan pelarut akan kembali ke campuran dan memisahkan air lagi. Campuran azeotrop merupakan penyimpangan dari hukum Raoult.

Efektifitas Distilasi

Secara teori, hasil distilasi dapat mencapai 100% dengan cara menurunkan tekanan hingga 1/10 tekanan atmosfer. Dapat pula dengan menggunakan distilasi azeotrop yang menggunakan penambahan pelarut organik dan dua distilasi tambahan, dan dengan menggunakan penggunaan cornmeal yang dapat menyerap air baik dalam bentuk cair atau uap pada kolom terakhir. Namun, secara praktek tidak ada distilasi yang mencapai 100%.[1]

Distilasi Skala Industri

Umumnya proses distilasi dalam skala industri dilakukan dalam menara, oleh karena itu unit proses dari distilasi ini sering disebut sebagai menara distilasi (MD). Menara distilasi biasanya berukuran 2-5 meter dalam diameter dan tinggi berkisar antara 6-15 meter. Masukan dari menara distilasi biasanya berupa cair jenuh, yaitu cairan yang dengan berkurang tekanan sedikit saja sudah akan terbentuk uap dan memiliki dua arus keluaran, arus yang diatas adalah arus yang lebih volatil (mudah menguap) dan arus bawah yang terdiri dari komponen berat. Menara distilasi terbagi dalam 2 jenis kategori besar:
  1. Menara Distilasi tipe Stagewise, menara ini terdiri dari banyak piringan yang memungkinkan kesetimbangan terbagi-bagi dalam setiap piringannya, dan
  2. Menara Distilasi tipe Continous, yang terdiri dari pengemasan dan kesetimbangan cair-gasnya terjadi di sepanjangkolom menara.




6. Corong pisah
Campuran dua jenis zat cair yang tidak saling melarutkan dapat dipisahkan dengan corong pisah lalu didiamkan selama beberapa saat sampai membentuk dua lapisan terpisah. Contohnya adalah seperti pemisahan air dengan minyak.




7. Kromatografi
                                                                       belajarbersamanasuhi.wordpress.com
Kromatografi merupakan pemisahan campuran yang terjadi karena perbedaan kelarutan zat-zat dalam pelarut serta perbedaan penyerapan (adsorbsi) kertas terhadap zat-zat yang ingin dipisahkan. Suatu zat yang lebih dahulu larut dalam pelarut dan kurang terabsorbsi pada kertas akan bergerak lebih cepat.
Dalam kehidupan sehari-hari kromatografi berguna untuk :
  • Menguji apakah bahan pewarna yang digunakan dalam makanan aman untuk dikonsumsi
  •  Menguji tinta yang digunakan pada pemalsuan dokumen seperti surat, cek dan giro
  • Menguji apakah terdapat obat terlarang dalam urin atlet atau penyalahgunaan narkoba
  • Memeriksa apakah pestisida yag terdapat pada sayuran atau buah-buahan masih dalam batas aman
Sublimasi merupakan metode pemisahan campuran sesama zat padat berdasarkan perubahan wujud zat. Zat padat yang menyublim (berubah wujud menjadi gas atau sebaliknya) dapat dipisahkan dengan campurannya dengan zat padat yang tidak dapat menyublim menggunakan metode sublimasi. Contohnya seperti campuran iodin dengan garam dapat dipisahkan dengan cara pemanasan. Campuran dipanaskan di dalam wadah cawan yang ditutp dengan corong terbalik. Iodin akan menyublim dan menjadi uap, tapi pada saat menyentuh permukaan corong, uap iodin menyublim kembali menjadi padatan yang menempel pada permukaan corong sehingga dapat dipisahkan dengan padatan garam.
9 Ekstraksi (penyarian)
Pemisahan campuran dengan metode ekstraksi terjadi atas dasar perbedaan kelarutan zat terlarut di dalam pelarut yang berbeda. Ekstraksi sering dilakukan untuk mengambil sari dari suatu tumbuhan.

Kristalisasi ialah pemisahan campuran dengan cara mengkristalkan atau mengendapkan zat terlarut dalam larutan yang tadinya berupa cairan juga. Biasanya kristalisasi ini menggunakan suhu rendah untuk membuat cairannya mengendap. Sedangkan rekristalisasi ialah suatu proses kristalisasi ulang. misalnya kita mendapatkan kristal, namun kristal tersebut belum murni. untuk mendapatkan kristal yang lebih murni dilakukan rekristalisasi. rekristalisasi dilakukan dengan cara melarutkan kristal dalam pelarut kemudian mengkristalkannya kembali
Sumber : Johnson S., M.M, Kurikulum 2004 Sains Kimia SMP kelas VII, Erlangga, Bandung








Identifikasi Karbon dan Hidrogen dalam Senyawa Organik
Tujuan
Mengindentifikasi adanya unsur karbon dan hidrogen dalam senyawa organik

Dasar teori
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya berikatan dengan karbon (kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon), hidrogen, oksigen, nitrogen, dan beberapa unsur dari golongan halogen.
Karbon atau zat arang merupakan salah satu unsur kimia yang mempunyai tiga keistimewaan, antara lain :
·         Memiliki empat elektron valensi
·         Jari-jari atomnya kecil sehingga ikatannya kuat
·         Dapat membentuk rantai karbon
Hidrogen adalah unsur kimia dengan  nomor atom 1. Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen tidak berwarna, tidak berbau, bersifat non-logam, bervalensi tunggal, dan merupakan gas diatomik yang sangat mudah terbakar. Hidrogen juga adalah unsur paling melimpah di alam semesta. Hidrogen membentuk senyawa yang sangat banyak dengan karbon. Oleh karena asosiasi senyawa itu dengan kebanyakan zat hidup, senyawa ini disebut sebagai senyawa organik.

Alat dan bahan
a.       Alat
·         Tabung reaksi
·         Sumbat dan pipa
·         Gelas kimia
·         Penjepit tabung
·         Pembakar Bunsen
b.      Bahan
·         Tepung beras
·         Susu bubuk
·         Garam dapur
·         CuO
·         Larutan Ca(OH)2
·         Pualam
·         Kertas kobalt biru

Langkah kerja
1.      Campurkan 2 spatula tepung beras dengan setengah spatula CuO ke dalam tabung reaksi.
2.      Masukkan 50 mL Ca(OH)2 ke dalam gelas kimia.
3.      Rangkai alat seperti pada gambar di atas.
4.      Panaskan sampel menggunakan pembakar Bunsen, lalu amati perubahan perubahan yg terbentuk.
5.      Untuk menguji adanya H2O, tempelkan kertas kobalt biru ke sumbat tabung, lalu amati perubahan yang terjadi.
6.      Lakukan langkah yang sama untuk bahan-bahan yang lain.

Tabel pengamatan
Bahan yang diuji
Hal yang dapat diamati
Tepung beras
Air kapur mengeruh dan terbentuk endapan di dalamnya, timbul gelembung-gelembung gas dan uap air, perubahan warna tepung beras menjadi gelap (hitam).
Susu bubuk
Air kapur mengeruh dan terbentuk endapan di dalamnya, timbul gelembung-gelembung gas dan uap air, perubahan warna tepung beras menjadi gelap (hitam).
Garam dapur
Air kapur tidak mengeruh, setelah lama menunggu ada sedikit gelembung-gelembung gas yang keluar, garam dapur yang dibakar tidak menghitam.
 
Pertanyaan
1.      Apa yang terjadi ketika tepung beras, susu bubuk, dan garam dapur dipanaskan?
·         Ketika tepung beras dan susu bubuk dipanaskan, yang terjadi adalah air kapur mengeruh dan terbentuk endapan di dalamnya, timbul gelembung-gelembung gas dan uap air, serta tepung beras dan susu bubuk mengalami perubahan warna menjadi gelap (hitam).
·         Ketika garam dapur dipanaskan, yang terjadi adalah air kapur tidak mengeruh dan tidak terbentuk endapan di dalamnya, setelah lama menunggu ada sedikit gelembung-gelembung gas yang keluar, serta garam dapur yang dibakar tidak menghitam.

2.      Jelaskan fungsi penambahan CuO pada reaksi tersebut!
·         CuO dapat mempercepat proses reaksi dari pembakaran sampel dan bekerja sebagai oksidator (bertugas mereduksi sampel). Sedangkan sampel akan menjadi reduktor (bertugas mengoksidasi CuO).

3.      Bagaimana menguji keberadaan karbon pada percobaan tersebut?
·         Mengamati air kapur. Adanya gas CO2 terbukti jika air kapur mengeruh setelah mengaliri sampel dan CuO. Tentu saja gas CO2 mengandung unsur karbon.
·         Mengamati perubahan warna sampel di dasar tabung reaksi. Apabila sampel di dasar tabung reaksi berubah warna menjadi hitam, terbukti bahwa sampel mengandung karbon.

4.      Tuliskan reaksi yang terjadi ketika gas CO2 bereaksi dengan larutan Ca(OH)2! Senyawa apa yang dihasilkan?
·         CO2(g) + Ca(OH)2(aq) → CaCO3(s) + H2O(l)
·         Senyawa yang dihasilkan adalah kalsium karbonat dan uap air.

5.      Bagaimana cara menguji keberadaan hidrogen pada percobaan tersebut?
·         Keberadaan hidrogen seharusnya diuji dengan menempelkan kertas kobalt biru ke sumbat tabung. Apabila kertas kobalt yang semula warnanya biru ini berubah warna menjadi merah muda, artinya dalam sampel tersebut terdapat unsur hidrogen.
·         Namun dalam percobaan kali ini saya tidak menguji keberadaan hidrogen dengan kertas kobalt biru. Saya hanya mengamati timbulnya titik-titik uap air dalam dinding tabung reaksi untuk menyimpulkan keberadaan hidrogen.

Pembahasan
Ketika tepung beras dan susu bubuk dipanaskan, yang terjadi adalah air kapur mengeruh dan terbentuk endapan di dalamnya, timbul gelembung-gelembung gas dan uap air, serta tepung beras dan susu bubuk mengalami perubahan warna menjadi gelap (hitam). Air kapur yang mengeruh setelah mengaliri sampel dan CuO, membuktikan keberadaan zat arang (unsur karbon). Keberadaan zat arang juga terbukti dengan adanya perubahan warna sampel yang terdapat di dasar tabung reaksi menjadi gelap (hitam). Gelembung-gelembung gas yang timbul setelah dipanaskan mengisyaratkan terjadinya reaksi kimia. Sedangkan, timbulnya uap air dalam dinding tabung reaksi menunjukkan adanya senyawa H2O dalam sampel yang artinya terdapat unsur hidrogen. Berdasarkan persamaan reaksi :
CO2(g) + Ca(OH)2(aq) → CaCO3(s) + H2O(l)
endapan yang terbentuk dalam air kapur adalah kalsium karbonat (CaCO3). Dengan demikian, terbukti bahwa tepung beras dan susu bubuk mengandung unsur karbon dan hidrogen.
            Ketika garam dapur dipanaskan, yang terjadi adalah air kapur tidak mengeruh, tidak terbentuk endapan kalsium karbonat, setelah lama menunggu ada sedikit gelembung-gelembung gas yang keluar (artinya mendidih), tidak ada titik-titik uap air yang timbul dalam dinding tabung reaksi, dan garam dapur yang dibakar tidak menghitam. Air kapur yang tidak mengeruh dan warna garam dapur yang tidak menghitam setelah dibakar menunjukkan bahwa tidak ada zat arang (unsur karbon). Gelembung-gelembung gas yang timbul setelah dipanaskan mengisyaratkan terjadinya reaksi kimia. Dan, tidak timbulnya titik-titik uap air dalam dinding tabung reaksi menunjukkan bahwa tidak ada unsur hidrogen.

Kesimpulan
Dalam tepung beras dan susu bubuk terbukti adanya unsur karbon, karena air kapur mengeruh setelah mengaliri sampel dan CuO serta terjadi perubahan warna sampel di dasar tabung reaksi menjadi gelap (menghitam) setelah dipanaskan. Dalam tepung beras dan susu bubuk juga terbukti adanya unsur hidrogen, karena timbul titik-titik air dalam dinding tabung reaksi.
Garam dapur tidak mengandung unsur karbon. Buktinya adalah air kapur tidak mengeruh dan warna garam dapur tidak menghitam setelah dibakar. Garam dapur juga tidak mengandung unsur hidrogen. Buktinya tidak timbul titik-titik air dalam dinding tabung reaksi.

Daftar pustaka
Kimia Kelas X
www.battessian69.blogspot.com
www.chemlabmansaba.blogspot.com
www.chem-is-try.org
www.gudangmateri.com
id.wikipedia.org

A. Identifikasi C dan H

Salah satu senyawa karbon yang paling sederhana adalah hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon hanya tersusun atas unsur karbon dan hidrogen. Akan tetapi, dari dua macam unsur ini dapat membentuk banyak senyawa, mulai dari gas alam, minyak bumi, batubara hingga lilin dan polistirena.
Adanya unsur karbon dan hidrogen dalam senyawa hidrokarbon dapat diidentifikasi melalui percobaan sederhana. Percobaan sederhana ini dapat dilakukan di laboratorium sekolah maupun di rumah.
Salah satu metodenya adalah dengan menggunakan lilin (C20H42) yang direaksikan dengan oksigen dari udara (dibakar), hasil pembakaran lilin dilewatkan ke dalam larutan Ca(OH)2 1%, sebagaimana tertera dalam gambar berikut

Gambar Identifikasi karbon dan hidrogen dengan metode pembakaran lilin

Bagaimanakah mengidentifikasi adanya unsur karbon dan hirogen dalam senyawa hidrokarbon atau senyawa organik? Untuk dapat menjawab ini, maka harus memahami dulu reaksi yang terjadi. Ketika lilin terbakar terjadi reaksi antara lilin dan oksigen dari udara. Jika pembakarannya sempurna, terjadi reaksi:

2 C20H42 (s) + 61 O2(g) → 40 CO2 (g) + 42 H2O (l)

Gas CO2 dan uap air hasil pembakaran akan mengalir melalui saluran menuju larutan Ca(OH)2. Pada saat menuju larutan Ca(OH)2, terjadi pendinginan oleh udara sehingga uap air hasil reaksi akan mencair. Hal ini dibuktikan dengan adanya tetesan-tetesan air yang menempel pada saluran. Oleh karena titik embun gas CO2 sangat rendah maka akan tetap sebagai gas dan bereaksi dengan larutan Ca(OH)2. Bukti adanya CO2 ditunjukkan oleh larutan menjadi keruh atau terbentuk endapan putih dari CaCO3. Persamaan reaksinya

 

Adapun uap air yang dihasilkan dapat diidentifikasi dengan menggunakan zat higroskopis (dapat mengikat air) yang dapat memberikan indikasi secara jelas, misalnya dari perubahan warna yang terjadi ketika zat tersebut tidak mengikat air dan ketika mengikat air. Zat higroskopis yang dapat digunakan sebagai indikator ada tidaknya kandungan uap air ini adalah padatan CuSO4, yang akan berubah menjadi berwarna dari abu-abu menjadi biru ketika mengikat air membentuk CuSO4.5H2O. Selain itu, indikator lain yang dapat digunakan dalam mengetahui adanya kandungan uap air yang dihasilkan dari proses pembakaran adalah dengan menggunakan kertas kobal, dimana air akan mengubah warna kertas kobal yang berwarna biru menjadi berwarna merah muda.

Jika pembakaran yang terjadi pada senyawa hidokarbon berupa pembakaran tidak sempurna yang disebabkan oleh kurangnya suplai oksigen pada proses pembakaran, maka yang dihasilkan pada proses pembakaran dapat berupa uap air, gas karbondioksida, gas karbon monoksida, serta residu karbon berupa jelaga (black carbon).
Namun, jika pembakaran tidak terjadi secara sempurna yang disebabkan oleh kurangnya suplai oksigen yang tersedia selama proses pembakaran, maka selain uap air dan gas karbondioksida, dapat dihasilkan juga gas karbon monoksida serta residu karbon yang dikenal sebagai jelaga (black carbon). Adanya jelaga yang dihasilkan dari reaksi pembakaran dapat mengindikasikan adanya kandungan unsur karbon pada senyawa yang dibakar.
 http://nurul.kimia.upi.edu/Web%202011/0800256/identifikasi%20C%20dan%20H%20lanjutan.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aksi Nyata untuk Bukti Karya PMM

  Aksi Nyata untuk Bukti Karya PMM Aksi nyata untuk bukti karya sangat penting dalam pelatihan mandiri karena dapat mengukur sejauh mana A...