Postingan Populer

Minggu, 05 Januari 2014

Materi tentang Koloid


BAB I
PENDAHULUAN

I.     Latar Belakang
Sistem koloid merupakan bentuk campuran dari dua atau lebih suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall (adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar).
Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.
II.  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari Koloid?
2.      Apa sajakah jenis-jenis Koloid?
3.      Apa sajakah sifat-sifat Koloid?
4.      Bagaimana proses pembuatan sistem Koloid?
5.      Seperti apa kegunaan Koloid?
III.   Batasan Masalah
Agar makalah ini terarah, maka makalah ini membatasi masalah yang akan diamati yaitu Pengertian koloid, jenis -  jenis koloid, sifat – sifatnya , proses pembuatan dan kegunaan proses dari koloid.
IV. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami pengertian Koloid.
2. Untuk memahami jenis – jenis Koloid.
3. Memahami sifat – sifat koloid
4. Untuk memahamai proses pembuatan sistem Koloid.
5. Untuk memahami kegunaan proses dari Koloid.
V. Sistematika Penulisan
A. KATA PENGANTAR
B. DAFTAR ISI
C. BAB I PENDAHULUAN
            I. 1. Latar Belakang
            I. 2. Rumusan Masalah
            I.3. Batasan masalah
            I. 4. Tujuan Penulisan 
            I. 5. Sistematika Penulisan
D. BAB II PEMBAHASAN
            II. 1. Pengertian Koloid
            II. 2. Jenis – Jenis Koloid
            II. 3. Sifat – sifat Koloid
            II. 4. Proses Pembuatan Sistem Koloid
            II. 5. Kegunaan Proses Dari Koloid
E. BAB III PENUTUP
I. KESIMPULAN
II. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
1.    Pengertian Koloid 
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan disperse. Larutan memiliki sifat disperse dan stabil. Suspensi memiliki sifat heterogen dan labil. Sedangkan koloid memiliki sifat heterogen dan stabil. Koloid merupakan sistem heterogen, dimana suatu zat “didispersikan” ke dalam suatu media yang disperse. Ukuran zat yang didispersikan berkisar dari satu nanometer (nm) hingga satu dispersi (µm).
perhatikan perbedaan tiga contoh campuran di bawah ini :
a.      Campuran antara air dengan sirup.
b.      Campyuran antara air dengan susu.
c.       Campuran antara air dengan pasir.
Jika kita campurkan air dengan sirup maka sirup akan terdispersi (bercampur) dengan air secara disperse (bening) Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan biasa maupun penyaringan yang lembut (penyaringan mikro). Secara makroskopis maupun mikroskopis mcampuran ini tampak disperse, tidak dapat dibedakan mana yang air dan mana yang sirup. Campuran seperti inilah yang disebut larutan ( Ukuran partikel larutan 1 – 10 A0 ).
Jika kita campurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air, ternyata susu “larut” tetapi “larutan” itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan (hasil penyaringan tetap keruh). Secara makroskopis campuran ini tampak disperse. Akan tetapi, jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata masih dapat dibedakan partikel-partikel lemak susu yang tersebar di dalam air. Campuran seperti inilah yang disebut koloid ( Ukuran partikel larutan 10 – 10.000 A0 ).
Jika kita campurkan air dengan pasir maka pasir akan terdispersi (bercampur) dengan air secara heterogen dan langsung  memisah antara air dengan pasir, yang keadaannya pasir akan mengendap di dasar air dan dapat dipisahkan dengan penyaringan biasa, bahkan dapat dipisahkan dengan cara dituang perlahan-lahan. Secara makroskopis campuran ini sudah tampak hetrogen, dapat dibedakan mana yang air dan mana yang pasir. Campuran seperti inilah yang disebut suspense ( Ukuran larutan partikel > 10.000 A0 ).
Jadi, koloid tergolong campuran heterogen (dua fase) dan setabil. Zat yang didipersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan zat disebut medium disperse. Fase terdispersi bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan medium isperse bersifat kontinu. Pada campuran susu dengan air, fase terdispersi adalah lemak, sedangkan medium dispersinya adalah air.
Perbedaan sifat sifat antara larutan , Koloid dan Suspensi
NO
PARAMETER
LARUTAN
KOLOID
SUSPENSI
1
Ukuran partikel
< 10 Ao
10 – 10 4 Ao
> 10 4 Ao
2
Penyaringan
     - biasa
     - ultra

-
-

-
tersaring

Tersaring
Tersaring
3
Pengendapan :
     - gravitasi
     - pemusingan

-
-

-
mengendap

Mengendap
Mengendap
4
Penampakan
Transparan
Keruh
Dua bagian;
-          jernih dan
-          endapan
5
Efek tyndaall
-
Ada
-
6
Gerak Brown
-
Ada
-

2.    Jenis – Jenis Koloid
Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fase zat pendispersi dan zat terdispersinya. Sistem disperesi adalah pencampuran secara nyata antara dua zat atau lebih di mana zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut dengan fase terdispersi dan zat yang jumlahnya lebih banyak disebut medium pendispersi.
No.
Larutan Sejati
Sistem Koloid
Suspensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Diameter < 10-7 cm
Satu fase
Jernih
Homogen
Tidak dapat disaring
Tidak mengendap
Stabil
Amikron, hanya dapat dilihat dengan mikroskop electron
Diameter : 10-7 – 10-5 cm
Dua fase
Tidak jernih (agak keruh)
Heterogen
Sukar dapat disaring
Sukar mengendap
Relatif stabil
Sub micron, hanya dapat dilihat dengan mikroskop ultra
Diamater : > 10-5 cm
Dua fase
Tidak jernih (Keruh)
Heterogen
Mudah disaring
Mudah mengendap
Tidak stabil
Mikron dapat dilihat dengan mikroskop biasa.
Berdasarkan ukuran fase terdispersinya, system dipersi dibedakan menjadi tiga, yaitu : larutan sejati, koloid dan isperse. Sifat dari masing masing system disperse tersebut adalah Larutan Sejati Koloid Suspensi:
Beberapa jenis koloid:
  • Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat terdispersi cair disebut aerosol cair (contoh: kabut) sedangkan yang memiliki zat terdispersi padat disebut aerosol padat (contoh: asap).
  • Sol
  • Emulsi
  • Buih
  • Gel
Karena baik solut maupun pelarut mempunyai tiga macam fase; yaitu gas, cair dan padat maka terdapat 8 macam sistem koloid (sebab campuran gas dan gas akan membentuk sistem homogen ) seperti pada tabel berikut :

Fasa Terdispersi
Fasa Pendispersi
Penyebutan
Nama
Contoh
Gas






Gas

Cair



Cair




Cair



Padat

Padat





padat
Cair






Padat

Gas



Cair




Padat



Gas
      
Cair





Padat
Gas dalam cair






Gas dalam padat

Cair dalam gas



Cair dalam cair




Cair dalam padat



Padat dalam gas

Padat dalam cair





Padat dalam padat
   
Buih atau busa






Busa padat

Aerosol cair



Emulsi




Emulsi padat



Aerosol padat

Sol





Sol padat       
Busa sabun, ombak,    limun.
Putih telur yang dikocok dengan kecepatan tinggi, whipped ( cream ).

Karet busa, batu apung.

Kabut, awan pengeras rambut, oat, parfum semprot.

Susu, minyak dalam air, santan air dalam minyak, ispersee, minyak bumi, minyak ikan.

Mentega, keju, jeli, mutiara, opal, semir, lem padat.

Asap, debu diudara
Lart kanji
Camp logam, agar-agar panas, cat, kanji, protoplasma, putih telur, sol emas, sol belerang, semir cair, lumpur.

Perunggu, batuan berwarna, gelas berwarna, tanah, permata, kuningan, intan hitam.

  • Aerosol : suatu sistem koloid, jika partikel padat atau cair terdispersi dalam gas. Contoh : debu, kabut, dan awan.
  • Sol : suatu sistem koloid, jika partikel padat terdispersi dalam zat cair.
  • Emulsi : suatu sistem koloid, jika partikel cair terdispersi dalam zat cair.
  • Emulgator : zat yang dapat menstabilkan emulsi dan (Sabun adalah emulgator campuran air dan minyak dan Kasein adalah emulgator lemak dalam air).
  • Gel : koloid liofil yang setengah kaku.
  • Gel terjadi jika medium pendispersi di absorbs oleh partikel koloid sehingga terjadi koloid yang agak padat. Larutan sabun dalam air yang pekat dan panas dapat berupa cairan tapi jika dingin membentuk gel yang isperse kaku. Jika dipanaskan akan mencair lagi.










3.    Sifat – sifat Koloid
a.         Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan dihamburkan. Hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
b.        Gerak Brown
Seorang ahli botani Inggris pada tahun 1827 yang bernama Robert Brown (1773-1858), hal yang pertama kali diamati di bawah mikroskop ultra adalah partikel koloid yang tampak sebagai titik cahaya kecil sesuai dengan sifatnya yang menghamburkan cahaya (efek Tyndall).
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak.
Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak brown ). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri.
Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.


Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat (isperse). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar isper ispers yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
c.              Muatan Koloid
Ø  Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Dimana partikel koloid menyerap ion – ion pada bidangh permukaan, menyebabkan partikel koloid tersebut bermuatan listrik positif atau bermuatan listrik negative. (Catatan : Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel).
Jika partikel-partikel sol padat diletakkan dalam zat cair atau gas maka partikel-partikelnya akan terakumulasi pada permukaan zat padat tersebut. Fenomena ini disebut adsorpsi yang terkait dengan penyerapan partikel pada permukaan zat. Adsorpsi dengan absorpsi itu berbeda. Bedanya adalah absorpsi terkait dengan penyerapan partikel sampai ke bawah permukaan zat.
Partikel koloid sol mempunyai kemampuan untuk mengadsopsi partikel-partikel pendispersi pada permukaannya, baik itu partikel netral atau bermuatan (kation dan anion). Daya adsorpsi partikel koloid tergolong besar karena partikel-partikelnya memberikan suatu permukaan yang sangat luas. Sifat adsorpsi ini telah digunakan dalam berbagai proses seperti penjernihan air.
Contoh : Partikel koloid Fe(OH)3 dalam air akan menyerap ion – ion H+ sehingga dapat bermuatan positif.
Sifat -  sifat adsorpsi koloid sebagai berikut :
·           Dapat menjernihkan air  yang keruh dengan memberikan tawas K2SO4 Al2 (SO4)3  sehingga menghasilkan partikel koloid Al (OH)3 yang mampu mengendapkan kotoran.
·           Menjernihkan larutan gula dari bentuk yang berwarna coklat menjadi putih.
·           Untuk menghilangkan bau badan digunakan sabun berlangsung berdasarkan cara adsorpsi buih sabun menggunakan permukaan yang luas sehingga mampu mengemulsikan kotoran yang melekat.
·           Untuk mewarnai serat wol kapas atau sutera kita gunakan sistem adsorpsi serat tersebut apabila diwarnai maka dicampur dengan garam Al2(SO4)3, kemudian dicelupkan dalam larutan zat warna. Koloid Al(OH)3 yang terbentuk karena hidrolisa Al2(SO4)3 akan mengadopsi zat warna.
Ø  Menggunakan prinsip elektroforesis
Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid yang bermuatan ke disperse dengan muatan berlawanan. Ketika partikel-partikel ini mencapai disperse, maka partikel-partikel tersebut akan kehilangan muatannya sehingga menggumpal dan mengendap di disperse. Untuk lebih memahaminya, lakukan kegiatan berikut.
o    Penambahan koloid lain dengan muatan  berlawanan
Apabila   suatu sistem koloid bermuatan positif dicampur dengan sistem koloid lain yang bermuatan isperse, maka kedua sistem koloid tersebut akan saling mengadsorpsi dan menjadi netral. Akibatnya, terbentuk koagulasi. Untuk jelasnya, lakukan kegiatan berikut.
o    Penambahan elektrolit
Jika suatu elektrolit ditambahkan ke dalam sistem koloid, maka partikel-partikel koloid yang bermuatan disperse akan menarik ion positif (kation) dari elektrolit. Sementara itu, partikel-partikel koloid yang bermuatan positif akan menarik ion disperse (anion) dari elektrolit. Hal ini menyebabkan partikel –partikel koloid tersebut  dikelilingi oleh  pasien kedua yang memiliki muatan berlawanan dengan muatan lapisan pertama. Apabila jarak antara lapisan pertama dan kedua cukup dekat, maka muatan keduanya akan hilang sehingga terjadi koagulasi.

o    Pendidihan
Sol, seperti belerang dan perak isper yang terdispersi dalam air, dapat mengalami koagulasi dengan mendidihkannya. Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini menyebabkan lepasnya elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan partikel koloid. Akibatnya, partikel-partikel koloid menjadi tidak bermuatan  sehingga terjadi koagulasi.
d.             Koagulasi
Koagulasi merupakan proses yang dapat menyebabkan partikel halus bergabung untuk menghasilkan partikel yang dapat mengendap. Biasanya digunakan koagulan, yakni bahan yang menyebabkan penggumpalan sol.Koagulasi disebabkan oleh terlepasnya muatan listrik dari partikel-partikel koloid, sehingga antarpartikel koloid akan mudah bergabung.
e.              Koloid Pelindung
Koloid Pelindung adalah koloid yang dicampur dengan koloid yang lain tidak mengalami penggumpalan. Koloid pelindung ini akan melapisi partikel koloid lain sehingga dapat melindungi muatan koloid tersebut.
Berdasarkan perbedaan daya adsorpsi dari fase terdispersi terhadap medium pendispersinya yang berupa zat cair, koloid dapat dibedakan menjadi dua jenis. Sistem koloid di mana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi yang disperse besar disebut koloid liofil. Sedangkan sistem koloid dimana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi yang isperse kecil disebut koloid liofob.  Koloid liofil bersifat lebih stabil, sedangkan koloid liofob bersifat kurang stabil. Koloid liofil yang berfungsi sebagai koloid pelindung.





f.              Koloid liofil dan koloid liofob
Koloid yang memiliki medium pendispersi berupa zat cair dapat menjadi koloid liofil dan koloid liofob.
-            Koloid liofil (suka cairan) adalah koloid dimana terdapat gayatarik menarik yang cukup besar antara fase terdispersi dan medium pendispersinya. Contohnya, isperse kanji, sabun, deterjen, dan protein dalam air.
-            Koloid liofob (tidak suka cairan)  adalah koloid di mana terdapatgaya tarik menarik yang lemah  atau bahkan tidak ada gaya tarik menarik antara fase terdsipersi dan medium pendispersinya. Contohnya, disperse emas, Fe (OH)3, dan belerang dalam air.
Jika medium pendispersi koloid ini adalah air, maka istilah yang digunakan adalah koloid hidrofil dan koloid hidrofob.
Gaya tarik menarik koloid hidrofil yang lebih kuat dibandingkan koloid hidrofob disebabkan oleh keberadaan ikan isperse yang terbentuk antara fase terdispersi dan air (medium pendispersi). Sebagai  contoh ikatan isperse antara gugus amino (-NH2 atau – NH-) molekul protein dan molekul air, ikatan isperse antara gugus –OH molekul kanji dan molekul air. Ikatan isperse ini tidak ditemukan dalam koloid liofob seperti isperse emas atau belerang dalam air.
Beberapa perbedaan sifat –sifat koloid liofil / hidrofil dan liofob / hidrofob, khususnya sol dalam medium pendispersi cair diberikan berikut ini.
Sifat – sifat
Sol liofil / hidrofil
Sol liofob / hidrofob
1.  Pembuatan
Sol liofil dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium pendispersinya. Pembuatannya dapat melibatkan konsentrasi yang isperse besar. 
Sol liofob tidak dapat dibuat hanya  dengan mencampur fase terdispersi dan medium pendispersinya.
Perkecualian adalah pada konentrasi yang kecil. 
2.  Muatan Partikel
Partikel-partikel sol hidrofil mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan
Partikel-partikel sol hidrofob memiliki muatan positif atau isperse.
Muatan ini memberikan kestabilan bagi sistem koloid.
3.  Adsorpsi medium pendispersi (proses solvasi / hidrasi)
Partikel – partikel sol hidrofil mengadsorpsi medium pendispersinya.
Akhirnya, terbentuk lapisan medium pendispersi yang teradsorpsi di sekeliling partikel. Lapisan ini yang menyebabkan partikel –partikel sol hidrofil tidak saling bergabung. Proses ini disebut solvasi / hidrasi. 
Partikel-partikel sol hidrofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan partikel-partikel sol diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik.
4.  Viskositas (kekentalan)
Viskositas sol liofil lebih besar dibandingkan viskositas medium pendispersinya. Hal ini disebabkan ukuran partikel meningkat akibat proses solvsi dan karenanya jumlah medium pendispersinya yang bebas berkurang. Sol liofil yang hangat akan membentuk gel jika didinginkan.  
Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersinya. Oleh karena itu, sol liofob tidak membentuk gel.
5.  Penggumpalan
Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit. Untuk menggumpalkan sol liofil diperlukan elektrolit dengan konsentrasi tinggi, dimana elektrolit ini dapat memecah lapisan medium pendispersi yang melindunginya dan menyebabkan penggumpalan.
Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit. Sol liofob akan menggumpal bahkan dengan penambahan elektrolit dengan konsentrasi rendah. Hal ini disebabkan sol liofob tidak memiliki lapisan pelindung seperti halnya sol liofil.
6.  Sifat reversible
Sol liofil bersifat ispersee. Artinya, fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi atau penguapan medium pendispersinya, dan kemudian dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium pendispersinya.
Sol liofob bersifat tidak ispersee. Artinya, fase terdispersi sol liofob yang telah digumpalkan atau dipisahkan dari medium pendispersinya, tidak dapat diubah kembali menjadi sol.
7.  Efek Tyndall
Sol liofil memberikan efek Tyndall yang lemah. Hal ini disebabkan ukuran partikel-partikelnya isperse kecil. 
Sol liofob dapat memberikan efek Tyndall yang jelas. Hal ini disebabkan ukuran partikel-partikelnya cukup besar.
8.  Migrasi dalammedan listrik 
Partikel-partikel sol liofil dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali dalammedan listrik. Contohnya protein.
Partikel-partikel sol liofob akan bergerak ke anode atau ke katode. Hal ini tergantung jenis muatan partikel apakah isperse atau positif. 

g.             Dialisis
Dialisis adalah proses pemurnian partikel – partikel koloid atau proses penyaringan koloid dengan cara kita menggunakan kertas perkamen ( membrane ). Yang diletakkan kedalam air yang sedang mengalir dimana partikel – partikel koloid dari muatan – muatan tersebut menempel pada permukaannya. Adanya ion – ion tersebut merupakan hasil dari sisa – sisa pereaksi pada proses pembuatannya. Proses penghilangan ion – ion pengganggu kestabilan koloid denngan menggunakan selaput semipermeabel. Selaput semipermeabel adalah selaput yang hanya dilewati oleh ion dan air, tetapi tidak dapat dilewati oleh partikel koloid.
Aplikasi dialisi dalam kehidupan ialah dalam proses cuci darah bagi penderita gagal ginjal, proses dialysis berfungsi untuk menghilangkan urea dari darah.


4.    Proses Pembuatan Sistem Koloid
a.    Cara Kondensasi
Dilakukan dengan cara kimia atau dapat dilakukan dengan cara penurunan kelarutan. Atau partikel – partikel diubah menjadi partikel besar yang berukuran koloid. Untuk menurunkan kelarutan zat tersebut kita ganti pelarutnaya. Dalam proses kondensasi, molekul – molekul dari larutan direaksikan menghasilkan suatu senyawa yang sukar larut dalam air dan membentuk partikel koloid.
Kondensasi
 
Partikel                                   Partikel Koloid
Reaksi kimia yang sering dilakukan untuk menghasilkan partikel koloid dapat dilihata pada contoh berikut :
-            Reaksi Redoks
·      Pembuatan Belerang
H2S(g) + SO2(aq)  →   3 S(s) + 2 H2O(l)
·      Pembuatan Sol emas
2AuCl3 + 3HCOH + 3H2O → 2Au + 6HCl + 3HCOOH
Atau
AuCl3 + 3FeSO4 → Au + Fe2(SO4)2 + FeCl3
-            Reaksi hidrolisis
·         Dengan penambahan larutan FeCl3 ke dalam air yang sedang mendidihkan membentuk sol Fe(OH) maka reaksi elektrolisi dapat terbentuk sebagai berikut :
FeCl3(aq) + 3 H2O(l)  ----à   Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq)
·         Sol senyawa hidrolisis yang sukar larut seperti Fe(OH)3, Al(OH)3 dapat dibuat dari reaksi hidrolisis dengan air.
Contoh :
o   Pembuatan sol Fe(OH)3
Dalam air yang mendidih tambahkan larutan FeCl3 akan terjadi :
FeCl2 + H2O → Fe(OH)3 + 3HCl

o   Pembuatan sol Al(OH)3
Jika air yang mendidih  larutan Al(OH)3 atau AlCl3 (tawas) akan terjadi :
AlCl3 + 3H2O → Al(OH)3 + 3HCl
-. Reaksi Penggaraman
Pada pereaksi yang encer dapat membentuk partikel koloid dari beberapa sol garam yang sukar larut, seperti BaSO4, PbI2, AgCl, PbSO4, AgBr.
Contoh :
AgNO3(aq) (encer)  + NaCl(aq) (encer) →  AgCl(s) + NaNO3(aq) (encer).
-. Reaksi Substitusi
Dalam larutan asam arsenit encer melalui reaksi substitusi, dialirkan gas H2S membentuk sol As2S3 sebagai berikut:
2        H3AsO3(aq) + 3 H2S(g) →   As2S3(s) + 6 H2O(l)
b.    Cara Dispersi
Cara disperse adalah suatu cara pembuatan suatu cara pembuatan larutan koloid dengan jalan mengubah pertikel – partikel kasar menjadi partikel koloid.
Partikel Kasar                            Partikel Koloid
Cara disperse ini dapat dilakukan dengan cara kimia atau cara mekanik.
a.       Dengan cara mekanik
Materi yang besar dihaluskan dengan cara menggunakan penggilingan koloid, karbon kasar dijadikan halus lalu didispersikan ke dalam air.
b.      Dengan cara Peptisari
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Penambahan elektrolit (zat kimia) maka endapan yang terjadi dapat diubah menjadipartikel koloid. Endapan Al(OH)3 terjadi apabila reaksi pembentukan Al(OH)3 dalam jumlah banyak. Endapan tersebut dapat berubah menjadi koloid apabila ditambah AlCl3. Jika Gas H2S dialirkan keendapan CdS atau endapan NiS akan terbentuk Sol S yang terdispersi. Maka endapan ini membentuk sol sulfide bukan dari larutan.

Contoh:
-       Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
-       Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
c.    Dengan cara busur bredig ( cara listrik ).
Cara ini digunakan untak membuat sol-sol logam.
5.    Kegunaan Dari Proses Koloid
a.       Satu contoh terjadinya efek tyndall yaitu jika kita naik motor pada malam yang gelap dimusim kemarau maka sorot lampu motor akan kelihatan Nampak jelas jika ada sedikit partikel – pertikel debu, demikian pula sebaliknya setelah terjadi hujan maka sorotan lampu motor tersebut tidak Nampak jelas.
b.      Dapat menjernihkan air  yang keruh dengan memberikan tawas K2SO4 Al2 (SO4)3  sehingga menghasilkan partikel koloid Al (OH)3 yang mampu mengendapkan kotoran.
c.       Menjernihkan larutan gula dari bentuk yang berwarna coklat menjadi putih.
d.      Untuk menghilangkan bau badan digunakan sabun berlangsung berdasarkan cara adsorpsi buih sabun menggunakan permukaan yang luas sehingga mampu mengemulsikan kotoran yang melekat.
e.       Untuk mewarnai serat wol kapas atau sutera kita gunakan sistem adsorpsi serat tersebut apabila diwarnai maka dicampur dengan garam Al2(SO4)3, kemudian dicelupkan dalam larutan zat warna. Koloid Al(OH)3 yang terbentuk karena hidrolisa Al2(SO4)3 akan mengadopsi zat warna.


















BAB III
PENUTUP

I.       KESIMPULAN
Berdasarkan uraian bahasan “KOLOID” dapat disimpulkan bahwa :
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm.
Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau suatu koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut.
Koloid banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya saja di alam, kedokteran, pertanian, dsb;
II.    SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangannya atau masih jauh dari kesempurnaannya seperti yang diharapkan oleh karena itu kritik dan saran baik itu dari bapak/Ibu Dosen maupun rekan mahasiswa/i yang bersifat konstruktif sangat diharapkan guna memperbaiki penulisan lebih lanjut.




                                   
                       

DAFTAR PUSTAKA

KALENDER PENDIDIKAN TK, SD, & SMP KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR (KOTA SAMPIT (MENTAYA) ) - KALIMANTAN TENGAH 2022/2023

  Dalam mempersiapkan pembelajaran di tahun 2022-2023 maka kalender inin dijadikan dasara bagi satuan pendidikan dalam menyusun KALDIK sekol...