BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar
Belakang
Sistem
koloid merupakan bentuk campuran dari dua atau lebih suatu bentuk campuran dua
atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi
yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall (adalah efek yang
terjadi jika suatu larutan terkena sinar).
Bersifat
homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau
gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan. Sifat
homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran
biasa (suspensi).
Koloid
mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan
merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid
menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.
II. Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian dari
Koloid?
2. Apa
sajakah jenis-jenis Koloid?
3. Apa
sajakah sifat-sifat Koloid?
4. Bagaimana
proses pembuatan sistem Koloid?
5. Seperti
apa kegunaan Koloid?
III. Batasan
Masalah
Agar
makalah ini terarah, maka makalah ini membatasi masalah yang akan diamati yaitu
Pengertian koloid, jenis - jenis koloid,
sifat – sifatnya , proses pembuatan dan kegunaan proses dari koloid.
IV. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami pengertian Koloid.
2. Untuk memahami jenis – jenis Koloid.
3. Memahami sifat – sifat koloid
4. Untuk memahamai proses pembuatan sistem Koloid.
5. Untuk memahami kegunaan proses dari Koloid.
V. Sistematika
Penulisan
A. KATA PENGANTAR
B. DAFTAR ISI
C. BAB I PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
I. 2. Rumusan Masalah
I.3. Batasan masalah
I. 4. Tujuan Penulisan
I. 5. Sistematika Penulisan
D. BAB II PEMBAHASAN
II. 1. Pengertian Koloid
II. 2. Jenis – Jenis Koloid
II. 3. Sifat – sifat Koloid
II. 4. Proses Pembuatan Sistem
Koloid
II. 5. Kegunaan Proses Dari Koloid
E. BAB
III PENUTUP
I. KESIMPULAN
II. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Koloid
Koloid
adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan disperse. Larutan
memiliki sifat disperse
dan stabil. Suspensi memiliki sifat heterogen dan labil. Sedangkan koloid
memiliki sifat heterogen dan stabil. Koloid merupakan sistem heterogen, dimana
suatu zat “didispersikan” ke dalam suatu media yang disperse. Ukuran zat
yang didispersikan berkisar dari satu nanometer (nm) hingga satu dispersi
(µm).
perhatikan
perbedaan tiga contoh campuran di bawah ini :
a. Campuran
antara air dengan sirup.
b. Campyuran
antara air dengan susu.
c. Campuran
antara air dengan pasir.
Jika
kita campurkan air dengan sirup maka sirup akan terdispersi (bercampur) dengan
air secara disperse
(bening) Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga tidak dapat
dipisahkan dengan penyaringan biasa maupun penyaringan yang lembut (penyaringan
mikro). Secara makroskopis maupun mikroskopis mcampuran ini tampak disperse, tidak dapat
dibedakan mana yang air dan mana yang sirup. Campuran seperti inilah yang disebut
larutan ( Ukuran partikel
larutan 1 – 10 A0 ).
Jika
kita campurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air, ternyata susu “larut”
tetapi “larutan” itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan, campuran itu
tidak memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan (hasil
penyaringan tetap keruh). Secara makroskopis campuran ini tampak disperse. Akan tetapi,
jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata masih dapat dibedakan
partikel-partikel lemak susu yang tersebar di dalam air. Campuran seperti
inilah yang disebut koloid ( Ukuran partikel larutan 10 – 10.000 A0
).
Jika
kita campurkan air dengan pasir maka pasir akan terdispersi (bercampur) dengan
air secara heterogen dan langsung memisah antara air dengan pasir, yang
keadaannya pasir akan mengendap di dasar air dan dapat dipisahkan dengan
penyaringan biasa, bahkan dapat dipisahkan dengan cara dituang perlahan-lahan.
Secara makroskopis campuran ini sudah tampak hetrogen, dapat dibedakan mana
yang air dan mana yang pasir. Campuran seperti inilah yang disebut suspense ( Ukuran larutan partikel > 10.000 A0
).
Jadi,
koloid tergolong campuran heterogen (dua fase) dan setabil. Zat yang
didipersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan
untuk mendispersikan zat disebut medium disperse.
Fase terdispersi bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan medium isperse
bersifat kontinu. Pada campuran susu dengan air, fase terdispersi adalah
lemak, sedangkan medium dispersinya adalah air.
Perbedaan sifat – sifat antara larutan , Koloid dan Suspensi
NO
|
PARAMETER
|
LARUTAN
|
KOLOID
|
SUSPENSI
|
1
|
Ukuran partikel
|
< 10 Ao
|
10 – 10 4 Ao
|
> 10 4 Ao
|
2
|
Penyaringan
- biasa
- ultra
|
-
-
|
-
tersaring
|
Tersaring
Tersaring
|
3
|
Pengendapan :
- gravitasi
- pemusingan
|
-
-
|
-
mengendap
|
Mengendap
Mengendap
|
4
|
Penampakan
|
Transparan
|
Keruh
|
Dua bagian;
-
jernih dan
-
endapan
|
5
|
Efek tyndaall
|
-
|
Ada
|
-
|
6
|
Gerak Brown
|
-
|
Ada
|
-
|
2.
Jenis – Jenis Koloid
Koloid
memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fase zat pendispersi dan zat
terdispersinya. Sistem disperesi adalah pencampuran secara nyata antara dua zat
atau lebih di mana zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut dengan fase
terdispersi dan zat yang jumlahnya lebih banyak disebut medium
pendispersi.
No.
|
Larutan
Sejati
|
Sistem
Koloid
|
Suspensi
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
Diameter
< 10-7 cm
Satu
fase
Jernih
Homogen
Tidak dapat
disaring
Tidak
mengendap
Stabil
Amikron,
hanya dapat dilihat dengan mikroskop electron
|
Diameter
: 10-7 – 10-5 cm
Dua fase
Tidak jernih
(agak keruh)
Heterogen
Sukar dapat
disaring
Sukar
mengendap
Relatif
stabil
Sub micron,
hanya dapat dilihat dengan mikroskop ultra
|
Diamater
: > 10-5 cm
Dua fase
Tidak jernih
(Keruh)
Heterogen
Mudah
disaring
Mudah
mengendap
Tidak stabil
Mikron dapat
dilihat dengan mikroskop biasa.
|
Berdasarkan
ukuran fase terdispersinya, system dipersi dibedakan menjadi tiga, yaitu :
larutan sejati, koloid dan isperse. Sifat dari masing masing system
disperse tersebut adalah Larutan Sejati Koloid Suspensi:
Beberapa jenis koloid:
- Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat terdispersi cair disebut aerosol cair (contoh: kabut) sedangkan yang memiliki zat terdispersi padat disebut aerosol padat (contoh: asap).
- Sol
- Emulsi
- Buih
- Gel
Karena baik solut maupun pelarut mempunyai
tiga macam fase; yaitu gas, cair dan padat maka terdapat 8 macam sistem koloid
(sebab campuran gas dan
gas akan membentuk sistem homogen ) seperti pada tabel berikut :
Fasa Terdispersi
|
Fasa Pendispersi
|
Penyebutan
|
Nama
|
Contoh
|
Gas
Gas
Cair
Cair
Cair
Padat
Padat
padat
|
Cair
Padat
Gas
Cair
Padat
Gas
Cair
Padat
|
Gas dalam cair
Gas dalam padat
Cair dalam gas
Cair dalam cair
Cair dalam
padat
Padat dalam gas
Padat dalam cair
Padat dalam padat
|
Buih atau
busa
Busa padat
Aerosol cair
Emulsi
Emulsi padat
Aerosol padat
Sol
Sol padat
|
Busa sabun,
ombak, limun.
Putih
telur yang dikocok dengan kecepatan tinggi, whipped ( cream ).
Karet busa,
batu apung.
Kabut,
awan pengeras rambut, oat, parfum semprot.
Susu,
minyak dalam air, santan air dalam minyak, ispersee, minyak bumi, minyak
ikan.
Mentega,
keju, jeli, mutiara, opal, semir, lem padat.
Asap, debu
diudara
Lart kanji
Camp logam,
agar-agar panas, cat, kanji, protoplasma, putih telur, sol emas, sol
belerang, semir cair, lumpur.
Perunggu,
batuan berwarna, gelas berwarna, tanah, permata, kuningan, intan hitam.
|
- Aerosol : suatu sistem koloid, jika partikel padat atau cair terdispersi dalam gas. Contoh : debu, kabut, dan awan.
- Sol : suatu sistem koloid, jika partikel padat terdispersi dalam zat cair.
- Emulsi : suatu sistem koloid, jika partikel cair terdispersi dalam zat cair.
- Emulgator : zat yang dapat menstabilkan emulsi dan (Sabun adalah emulgator campuran air dan minyak dan Kasein adalah emulgator lemak dalam air).
- Gel : koloid liofil yang setengah kaku.
- Gel terjadi jika medium pendispersi di absorbs oleh partikel koloid sehingga terjadi koloid yang agak padat. Larutan sabun dalam air yang pekat dan panas dapat berupa cairan tapi jika dingin membentuk gel yang isperse kaku. Jika dipanaskan akan mencair lagi.
3.
Sifat – sifat Koloid
a.
Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala
penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini
disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini
ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh
karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
b.
Gerak
Brown
Seorang ahli botani Inggris pada tahun 1827 yang
bernama Robert Brown (1773-1858), hal yang pertama kali diamati di bawah
mikroskop ultra adalah partikel koloid yang tampak sebagai titik cahaya kecil
sesuai dengan sifatnya yang menghamburkan cahaya (efek Tyndall).
Gerak Brown ialah gerakan
partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu
(gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra,
maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk
zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu
zat senantiasa bergerak.
Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas(
dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di
tempat ( tidak termasuk gerak brown ). Untuk koloid dengan medium
pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan
tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri.
Tumbukan
tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil,
maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu
resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi
gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang
terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat
gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati
dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat
padat (isperse). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem
koloid, maka semakin besar isper ispers yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak
Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu
sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
c.
Muatan Koloid
Ø Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan
partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang
disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Dimana partikel koloid menyerap ion
– ion pada bidangh permukaan, menyebabkan partikel koloid tersebut bermuatan
listrik positif atau bermuatan listrik negative. (Catatan : Adsorpsi harus
dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu
partikel).
Jika partikel-partikel sol padat diletakkan dalam
zat cair atau gas maka partikel-partikelnya akan terakumulasi pada permukaan
zat padat tersebut. Fenomena ini disebut adsorpsi yang terkait dengan
penyerapan partikel pada permukaan zat. Adsorpsi dengan absorpsi itu berbeda.
Bedanya adalah absorpsi terkait dengan penyerapan partikel sampai ke bawah
permukaan zat.
Partikel koloid sol mempunyai kemampuan untuk
mengadsopsi partikel-partikel pendispersi pada permukaannya, baik itu partikel
netral atau bermuatan (kation dan anion). Daya adsorpsi partikel koloid
tergolong besar karena partikel-partikelnya memberikan suatu permukaan yang
sangat luas. Sifat adsorpsi ini telah digunakan dalam berbagai proses seperti
penjernihan air.
Contoh : Partikel koloid Fe(OH)3 dalam air akan menyerap
ion – ion H+ sehingga dapat bermuatan positif.
Sifat
- sifat adsorpsi koloid sebagai berikut
:
·
Dapat menjernihkan air yang keruh dengan memberikan tawas K2SO4
Al2 (SO4)3 sehingga menghasilkan partikel koloid Al (OH)3
yang mampu mengendapkan kotoran.
·
Menjernihkan larutan gula dari
bentuk yang berwarna coklat menjadi putih.
·
Untuk menghilangkan bau badan
digunakan sabun berlangsung berdasarkan cara adsorpsi buih sabun menggunakan
permukaan yang luas sehingga mampu mengemulsikan kotoran yang melekat.
·
Untuk mewarnai serat wol kapas
atau sutera kita gunakan sistem adsorpsi serat tersebut apabila diwarnai maka
dicampur dengan garam Al2(SO4)3, kemudian
dicelupkan dalam larutan zat warna. Koloid Al(OH)3 yang terbentuk
karena hidrolisa Al2(SO4)3 akan mengadopsi zat
warna.
Ø
Menggunakan prinsip
elektroforesis
Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid
yang bermuatan ke disperse dengan muatan berlawanan. Ketika partikel-partikel ini
mencapai disperse,
maka partikel-partikel tersebut akan kehilangan muatannya sehingga menggumpal
dan mengendap di disperse. Untuk lebih memahaminya, lakukan kegiatan berikut.
o
Penambahan koloid lain dengan
muatan berlawanan
Apabila suatu sistem koloid bermuatan positif
dicampur dengan sistem koloid lain yang bermuatan isperse, maka kedua sistem
koloid tersebut akan saling mengadsorpsi dan menjadi netral. Akibatnya,
terbentuk koagulasi. Untuk jelasnya, lakukan kegiatan berikut.
o
Penambahan elektrolit
Jika suatu elektrolit ditambahkan ke dalam sistem koloid, maka
partikel-partikel koloid yang bermuatan disperse akan menarik ion positif (kation) dari
elektrolit. Sementara itu, partikel-partikel koloid yang bermuatan positif akan
menarik ion disperse
(anion) dari elektrolit. Hal ini menyebabkan partikel –partikel koloid
tersebut dikelilingi
oleh pasien kedua yang memiliki
muatan berlawanan dengan muatan lapisan pertama. Apabila jarak antara lapisan
pertama dan kedua cukup dekat, maka muatan keduanya akan hilang sehingga
terjadi koagulasi.
o
Pendidihan
Sol,
seperti belerang dan perak isper yang terdispersi dalam air, dapat mengalami
koagulasi dengan mendidihkannya. Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah
tumbukan antara partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah
banyak. Hal ini menyebabkan lepasnya elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan
partikel koloid. Akibatnya, partikel-partikel koloid menjadi tidak
bermuatan sehingga terjadi
koagulasi.
d.
Koagulasi
Koagulasi merupakan proses yang dapat menyebabkan
partikel halus bergabung untuk menghasilkan partikel yang dapat mengendap.
Biasanya digunakan koagulan, yakni bahan yang menyebabkan penggumpalan
sol.Koagulasi disebabkan oleh terlepasnya muatan listrik dari partikel-partikel
koloid, sehingga antarpartikel koloid akan mudah bergabung.
e.
Koloid Pelindung
Koloid Pelindung adalah koloid yang dicampur dengan koloid yang lain
tidak mengalami penggumpalan. Koloid pelindung ini akan melapisi partikel
koloid lain sehingga dapat melindungi muatan koloid tersebut.
Berdasarkan perbedaan daya adsorpsi dari fase terdispersi terhadap
medium pendispersinya yang berupa zat cair, koloid dapat dibedakan menjadi dua
jenis. Sistem koloid di mana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi
yang disperse
besar disebut koloid liofil. Sedangkan sistem koloid dimana partikel
terdispersinya mempunyai daya adsorpsi yang isperse kecil disebut koloid
liofob. Koloid liofil
bersifat lebih stabil, sedangkan koloid liofob bersifat kurang stabil. Koloid
liofil yang berfungsi sebagai koloid pelindung.
f.
Koloid liofil dan koloid liofob
Koloid
yang memiliki medium pendispersi berupa zat cair dapat menjadi koloid liofil
dan koloid liofob.
-
Koloid liofil (suka
cairan) adalah koloid dimana terdapat gayatarik
menarik yang cukup besar antara fase terdispersi dan medium pendispersinya.
Contohnya, isperse kanji, sabun, deterjen, dan protein
dalam air.
-
Koloid liofob (tidak
suka cairan) adalah koloid
di mana terdapatgaya tarik
menarik yang lemah atau
bahkan tidak ada gaya tarik menarik antara fase terdsipersi
dan medium pendispersinya. Contohnya, disperse emas, Fe (OH)3, dan
belerang dalam air.
Jika
medium pendispersi koloid ini adalah air, maka istilah yang digunakan adalah
koloid hidrofil dan koloid hidrofob.
Gaya tarik menarik koloid hidrofil yang
lebih kuat dibandingkan koloid hidrofob disebabkan oleh keberadaan ikan isperse
yang terbentuk antara fase terdispersi dan air (medium pendispersi).
Sebagai contoh ikatan isperse
antara gugus amino (-NH2 atau
– NH-) molekul protein dan molekul air, ikatan isperse
antara gugus –OH molekul kanji dan molekul air. Ikatan isperse
ini tidak ditemukan dalam koloid liofob seperti isperse
emas atau belerang dalam air.
Beberapa
perbedaan sifat –sifat koloid liofil / hidrofil dan liofob / hidrofob,
khususnya sol dalam medium pendispersi cair diberikan berikut ini.
Sifat
– sifat
|
Sol
liofil / hidrofil
|
Sol
liofob / hidrofob
|
1. Pembuatan
|
Sol liofil dapat dibuat langsung dengan mencampurkan
fase terdispersi dengan medium pendispersinya. Pembuatannya
dapat melibatkan konsentrasi yang isperse besar.
|
Sol liofob tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi
dan medium pendispersinya.
Perkecualian
adalah pada konentrasi yang kecil.
|
2. Muatan Partikel
|
Partikel-partikel
sol hidrofil mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan
|
Partikel-partikel
sol hidrofob memiliki muatan positif atau isperse.
Muatan ini memberikan kestabilan bagi sistem koloid.
|
3. Adsorpsi
medium pendispersi (proses solvasi / hidrasi)
|
Partikel – partikel sol hidrofil mengadsorpsi medium
pendispersinya.
Akhirnya, terbentuk lapisan medium pendispersi yang
teradsorpsi di sekeliling partikel. Lapisan ini yang menyebabkan partikel –partikel
sol hidrofil tidak saling bergabung. Proses
ini disebut solvasi / hidrasi.
|
Partikel-partikel
sol hidrofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan
partikel-partikel sol diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang
bermuatan listrik.
|
4. Viskositas (kekentalan)
|
Viskositas sol liofil lebih besar dibandingkan
viskositas medium pendispersinya. Hal ini disebabkan ukuran partikel
meningkat akibat proses solvsi dan karenanya jumlah medium pendispersinya
yang bebas berkurang. Sol liofil yang
hangat akan membentuk gel jika didinginkan.
|
Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan
viskositas medium pendispersinya. Oleh karena
itu, sol liofob tidak membentuk gel.
|
5. Penggumpalan
|
Tidak
mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit. Untuk menggumpalkan sol liofil
diperlukan elektrolit dengan konsentrasi tinggi, dimana elektrolit ini dapat
memecah lapisan medium pendispersi yang melindunginya dan menyebabkan
penggumpalan.
|
Mudah
menggumpal dengan penambahan elektrolit. Sol liofob akan menggumpal bahkan
dengan penambahan elektrolit dengan konsentrasi rendah. Hal ini disebabkan
sol liofob tidak memiliki lapisan pelindung seperti halnya sol liofil.
|
6. Sifat reversible
|
Sol
liofil bersifat ispersee. Artinya, fase terdispersi sol liofil dapat
dipisahkan dengan koagulasi atau penguapan medium pendispersinya, dan
kemudian dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium
pendispersinya.
|
Sol
liofob bersifat tidak ispersee. Artinya, fase terdispersi sol liofob yang
telah digumpalkan atau dipisahkan dari medium pendispersinya, tidak
dapat diubah kembali menjadi sol.
|
7. Efek Tyndall
|
Sol
liofil memberikan efek Tyndall yang lemah. Hal ini disebabkan ukuran
partikel-partikelnya isperse kecil.
|
Sol
liofob dapat memberikan efek Tyndall yang jelas. Hal ini disebabkan ukuran partikel-partikelnya
cukup besar.
|
8. Migrasi dalammedan listrik
|
Partikel-partikel
sol liofil dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama
sekali dalammedan listrik.
Contohnya protein.
|
Partikel-partikel
sol liofob akan bergerak ke anode atau ke katode. Hal ini tergantung jenis
muatan partikel apakah isperse atau positif.
|
g.
Dialisis
Dialisis
adalah proses pemurnian partikel – partikel koloid atau proses penyaringan koloid
dengan cara kita menggunakan kertas perkamen ( membrane ). Yang diletakkan
kedalam air yang sedang mengalir dimana partikel – partikel koloid dari muatan
– muatan tersebut menempel pada permukaannya. Adanya ion – ion tersebut
merupakan hasil dari sisa – sisa pereaksi pada proses pembuatannya. Proses
penghilangan ion – ion pengganggu kestabilan koloid denngan menggunakan selaput
semipermeabel. Selaput semipermeabel adalah selaput yang hanya dilewati oleh
ion dan air, tetapi tidak dapat dilewati oleh partikel koloid.
Aplikasi
dialisi dalam kehidupan ialah dalam proses cuci darah bagi penderita gagal
ginjal, proses dialysis berfungsi untuk menghilangkan urea dari darah.
4. Proses
Pembuatan Sistem Koloid
a. Cara
Kondensasi
Dilakukan
dengan cara kimia atau dapat dilakukan dengan cara penurunan kelarutan. Atau
partikel – partikel diubah menjadi partikel besar yang berukuran koloid. Untuk
menurunkan kelarutan zat tersebut kita ganti pelarutnaya. Dalam proses
kondensasi, molekul – molekul dari larutan direaksikan menghasilkan suatu
senyawa yang sukar larut dalam air dan membentuk partikel koloid.
|

Reaksi
kimia yang sering dilakukan untuk menghasilkan partikel koloid dapat dilihata
pada contoh berikut :
-
Reaksi Redoks
·
Pembuatan Belerang
H2S(g)
+ SO2(aq) → 3 S(s) + 2 H2O(l)
·
Pembuatan Sol emas
2AuCl3
+ 3HCOH + 3H2O → 2Au + 6HCl + 3HCOOH
Atau
AuCl3
+ 3FeSO4 → Au + Fe2(SO4)2 + FeCl3
-
Reaksi hidrolisis
·
Dengan penambahan
larutan FeCl3 ke dalam air yang sedang mendidihkan membentuk sol
Fe(OH) maka reaksi elektrolisi dapat terbentuk sebagai berikut :
FeCl3(aq)
+ 3 H2O(l) ----à
Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq)
·
Sol senyawa hidrolisis
yang sukar larut seperti Fe(OH)3, Al(OH)3 dapat dibuat
dari reaksi hidrolisis dengan air.
Contoh :
o Pembuatan
sol Fe(OH)3
Dalam air yang
mendidih tambahkan larutan FeCl3 akan terjadi :
FeCl2
+ H2O → Fe(OH)3 + 3HCl
o Pembuatan
sol Al(OH)3
Jika air yang
mendidih larutan Al(OH)3 atau
AlCl3 (tawas) akan terjadi :
AlCl3
+ 3H2O → Al(OH)3 + 3HCl
-. Reaksi Penggaraman
Pada
pereaksi yang encer dapat membentuk partikel koloid dari beberapa sol garam yang sukar larut,
seperti BaSO4, PbI2, AgCl, PbSO4, AgBr.
Contoh
:
AgNO3(aq)
(encer) + NaCl(aq) (encer)
→ AgCl(s) + NaNO3(aq) (encer).
-. Reaksi Substitusi
Dalam
larutan asam arsenit encer melalui reaksi substitusi, dialirkan gas H2S
membentuk sol As2S3 sebagai berikut:
2
H3AsO3(aq)
+ 3 H2S(g) → As2S3(s) +
6 H2O(l)
b. Cara
Dispersi
Cara
disperse adalah suatu cara pembuatan suatu cara pembuatan larutan koloid dengan
jalan mengubah pertikel – partikel kasar menjadi partikel koloid.

Cara disperse
ini dapat dilakukan dengan cara kimia atau cara mekanik.
a. Dengan
cara mekanik
Materi
yang besar dihaluskan dengan cara menggunakan penggilingan koloid, karbon kasar
dijadikan halus lalu didispersikan ke dalam air.
b. Dengan
cara Peptisari
Cara
peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu
endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Penambahan elektrolit
(zat kimia) maka endapan yang terjadi dapat diubah menjadipartikel koloid.
Endapan Al(OH)3 terjadi apabila reaksi pembentukan Al(OH)3
dalam jumlah banyak. Endapan tersebut dapat berubah menjadi koloid apabila
ditambah AlCl3. Jika Gas H2S dialirkan keendapan CdS atau
endapan NiS akan terbentuk Sol S yang terdispersi. Maka endapan ini membentuk
sol sulfide bukan dari larutan.
Contoh:
- Agar-agar
dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
- Endapan
NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
c. Dengan
cara busur bredig ( cara listrik ).
Cara
ini digunakan untak membuat sol-sol logam.
5.
Kegunaan Dari Proses
Koloid
a.
Satu contoh terjadinya
efek tyndall yaitu jika kita naik motor pada malam yang gelap dimusim kemarau
maka sorot lampu motor akan kelihatan Nampak jelas jika ada sedikit partikel –
pertikel debu, demikian pula sebaliknya setelah terjadi hujan maka sorotan lampu
motor tersebut tidak Nampak jelas.
b.
Dapat menjernihkan
air yang keruh dengan memberikan tawas K2SO4
Al2 (SO4)3 sehingga menghasilkan partikel koloid Al (OH)3
yang mampu mengendapkan kotoran.
c.
Menjernihkan larutan
gula dari bentuk yang berwarna coklat menjadi putih.
d.
Untuk menghilangkan bau
badan digunakan sabun berlangsung berdasarkan cara adsorpsi buih sabun
menggunakan permukaan yang luas sehingga mampu mengemulsikan kotoran yang
melekat.
e.
Untuk mewarnai serat
wol kapas atau sutera kita gunakan sistem adsorpsi serat tersebut apabila
diwarnai maka dicampur dengan garam Al2(SO4)3, kemudian
dicelupkan dalam larutan zat warna. Koloid Al(OH)3 yang terbentuk
karena hidrolisa Al2(SO4)3 akan mengadopsi zat
warna.
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Berdasarkan
uraian bahasan “KOLOID” dapat disimpulkan bahwa :
Koloid adalah suatu campuran zat
heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat
yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di
dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar
antara 1-100 nm.
Keadaan koloid atau sistem koloid atau
suspensi koloid atau larutan koloid atau suatu koloid adalah suatu campuran
berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi dengan ukuran partikel
terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm.
Besaran partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut.
Koloid banyak ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, contohnya saja di alam, kedokteran, pertanian, dsb;
II. SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangannya atau masih jauh dari kesempurnaannya
seperti yang diharapkan oleh karena itu kritik dan saran baik itu dari
bapak/Ibu Dosen maupun rekan mahasiswa/i yang bersifat konstruktif sangat
diharapkan guna memperbaiki penulisan lebih lanjut.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar